Minggu, 27 Oktober 2013
Unsur Instrinsik Putri Cermin Cina
PUTRI CERMIN CINA
(cerita rakyat dari Jambi)
Dahulu di daerah Jambi ada sebuah negeri yang diperintah oleh seorang Raja yang bernama Sutan Mambang Matahari. Sutan mempunyai seorang anak laki-laki bernama Tuan Muda Selat dan seorang anak perempuan bernama Putri cermin Cina. Sutan Mambang Matahari. Sedangkan Putri Cermin Cina adalah seorang putrid yang cantik jelita, baik hati, dan lemah lembut.
Pada suatu hari, datang saudagar muda ke daerah itu, saudagar muda itu bernama Tuan Muda Senaning. Mula-mula tujuan Tuan Muda Senaning hanya untuk berdagang, namun saat penjamuan makan Tuan Muda Senaning bertamu dengan Putri Cermin Cina. seketika itu Tuan Muda Senaning jatuh hati pada Putri Cermin Cina. Demikian pula, diam-diam Putri Cermin Cina juga menaruh hati pada Tuan Muda Senaning. Putri Cermin Cina menyarankan untuk Tuan Muda Senaning datang kepada ayah handanya Sutan Mambang Matahari untuk melamarnya.
Tidak lama kemudian tuan Muda Senaning datang mengahadap Sutan Mambang Matahari untuk melamar Putri Cermin Cina. Sutan Mambang Matahari dengan senang hati menerima lamaran Tuan Muda Senaning karena memang Tuan Muda Senaning mempunyai perangai yang baik dan sopan. Tapi Sutan Mambang Matahari terpaksa menunda pernikahan Tuan Muda Senaning dengan Putri Cermin Cina selama tiga bulan karena Sutan harus berlayar untuk mencari bekal pesta pernikahan putrinya. Sebelum berangkat berlayar, Sutan Mambang Matahari berpesan pada Tuan Muda Selat untuk menjaga adiknya dengan baik.
Pada suatu hari, selepas keberangkatan Sutan Mambang Matahari, TuanMuda Senaning dan Tuan Muda Selat asyik bermain gasing di halaman istana. Mereka tertawa tergelak-gelak makin lama makin asyik sehingga orang yang memdengarpun turut tertawa senang. Hal itu mebuat Putri Cermin Cina penasaran dan ingin melihat keasyikan kakaknya dan calon suaminya, ia melihat dari jendela. Kehadiran Putri Cermin Cina terlihat oleh dua orang itu, sambil menoleh kearah jendela, Tuan Muda Senaning melepas tali gasingnya. Gasing Tuan Muda Senaning mengenai gasing Tuan Muda Selat. Karena berbenturan keras sama keras, gasing Tuan Muda Selat melayang dan terpelanting tinggi.
Gasing itu terpelanting kearah Putri Cermin Cina yang melihat dari jendela. Gasing itu berputar diatas kening Putri Cermin Cina. Putri Cermin Cina menjerit kesakitan. Kening Putri Cermin Cina berlumuran darah, ia jatuh ke lantai tak sadarkan diri. semua orang panik dan berusaha menolong Putri Cermin Cina. Namun takdir berkata lain, Putri yang cantik jelita itu akhirnya menghembuskan nafas yang terakhir.
Tuan Muda Senaning sangat merasa bersalah atas kematian Putri Cermin Cina, dia menjadi putus asa dan gelap mata. Dia melihat dua tombak bersilang di dinding, dengan cepat tombak itu di tarik dan di tancapkan ke tanah dengan posisi mata tombak mencuat ke atas. Kemudian Tuan Muda Senaning melompat kearah mata tombak dan seketika itu mata tombak menembus perutnya hingga punggungnya. Tuan Muda Senaning meninggal untuk menyusul Putri Cermin Cina.
Semua warga membantu mengurus dua jenazah orang yang saling jatuh cinta itu. Tuan MudaSelat begitu kalut dan bingung. Ayahandanya pasti marah besar apabila mengethui keadaan itu. kedua jenazah itu akhirnya dikuburkan. Jenazah putri Cermin Cina dikubur di tepi sungai, Sedangkan jenazah Tuan Muda Senaning dibawa anak buahnya ke kapal, dan kapal itu berlayar ke seberang. Jenazah Tuan Muda Senaning dikuburkan di tempat itu diberi nama dusun Senaning.
Tuan Muda Selat juga merasa bersalah atas kematian adik tercintanya, dia terus menyalahkan dirinya karena gasingnya, Putri Cermin Cina meninggal dunia. Akhirnya Tuan Muda Selat pergi meninggalkan negerinya bersama orang-orang kampung. Orang-orang yang ikut dengannya ditinggal di suatu tempat dan tempat itu di sebut Kampung Selat. Namun Tuan Muda Selat pergi tanpa memiliki tujuan yang jelas.
Tidak lama kemudian Sutan Mambang Matahari tiba di kampungnya. Sutan bingung karena kampungnya begitu sepi, dia menuju istanan namun hanya tersisa beberapa orang yang menjaga istana beberapa orang yang menjaga istana. Setelah Sutan tahu tentang kejadian sebenarnya, Sutan Mambang Matahari merasa sedih, kemudian ia beserta pengikutnya pergi meninggalkan kampungnya, mereka pergi ke dusun seberang dan mendirikan kampung disana. Kampung itu terletak diantara kubur Tuan Muda Senaning, dan kapal Tuan Muda Selat. Kampung itu bernama Dusun Tengah Lubuk Ruso.
Legenda cerita ini oleh rakyat Jambi dianggap benar-benar terjadi karena ada hubungannya dengan nama-nama kampung di Kabupaten Batanghari, Jambi.
UNSUR INTRINSIK
HIKAYAT “PUTRI CERMIN CINA”
1. TEMA.
Gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra disebut tema. Atau gampangnya, tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam cerita.
Tema merupakan jiwa dari seluruh bagian cerita. Karena itu, tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita. Tema dalam banyak hal bersifat ”mengikat” kehadiran atau ketidakhadiran peristiwa, konflik serta situasi tertentu, termasuk pula berbagai unsur intrinsik yang lain.
Tema ada yang dinyatakan secara eksplisit (disebutkan) dan ada pula yang dinyatakan secara implisit (tanpa disebutkan tetapi dipahami).
Dalam menentukan tema, pengarang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: minat pribadi, selera pembaca, dan keinginan penerbit atau penguasa.
Dalam sebuah karya sastra, disamping ada tema sentral, seringkali ada pula tema sampingan. Tema sentral adalah tema yang menjadi pusat seluruh rangkaian peristiwa dalam cerita. Adapun tema sampingan adalah tema-tema lain yang mengiringi tema sentral. Tema dalam hikayat Putri Cermin Cina ini adalah kehidupan muda-mudi yang saling mencintai hingga akhir hayat mereka.karena dalam cerita tersebut sang pangeran rela mati demi putri cina
2. TOKOH.
Tokoh adalah individu ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami peristiwa-peristiwa atau lakuan dalam berbagai peristiwa cerita. Pada umumnya tokoh berwujud manusia, namun dapat pula berwujud binatang atau benda yang diinsankan.
Tokoh dapat dibedakan menjadi dua yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral adalah tokoh yang banyak mengalami peristiwa dalam cerita.
Tokoh sentral dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Tokoh sentral protagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.
2. Tokoh sentral antagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan yang bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai negatif.
Adapun tokoh bawahan adalah tokoh-tokoh yang mendukung atau membantu tokoh sentral. Tokoh bawahan dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Tokoh andalan. Tokoh andalan adalah tokoh bawahan yang menjadi kepercayaan tokoh sentral (baik protagonis ataupun antagonis).
2. Tokoh tambahan. Tokoh tambahan adalah tokoh yang sedikit sekali memegang peran dalam peristiwa cerita.
3. Tokoh lataran. Tokoh lataran adalah tokoh yang menjadi bagian atau berfungsi sebagai latar cerita saja.
Tokoh dalam hikayat Putri Cermin Cina adalah:
1. Putri Cermin Cina. Putri Cermin Cina mempunyai watak baik hati dan lemah lembut.
2. Tuan Muda Senaning.
( tuan Muda Senaning Berwatak sopan dan baik).
3. Tuan Muda Selat.
(Tuan Muda Selat berwatak agak ceroboh dan hormat pada ornag tuanya).
4. Sutan Mambang Matahari.
(Sutan Mambang Matahari berwatak bijaksana, baik hati dan sangat menyayangi kedua anaknya).
5. pengikut Tuan muda Senaning.
( sedangkan pengikut Tuan Muda Senaning berwatak setia pada Tuannya).
6. dan orang-orang kampung.
(orang kampung berwatak setia menemani Tuannya, membantu sabisa mungkin).
2. ALUR.
Alur adalah urutan atau rangkaian peristiwa dalam cerita. Alur dapat disusun berdasarkan tiga hal, yaitu:
1. Berdasarkan urutan waktu terjadinya (kronologi). Alur yang demikian disebut alur linear.
2. Berdasarkan hubungan sebab akibat (kausal). Alur yang demikian disebut alur kausal.
3. Berdasarkan tema cerita. Alur yang demikian disebut alur tematik. Dalam cerita yang beralur tematik, setiap peristiwa seolah-olah berdiri sendiri. Kalau salah satu episode dihilangkan cerita tersebut masih dapat dipahami.
Adapun struktur alur adalah sebagai berikut:
1. Bagian awal, terdiri atas: 1) paparan (exposition), 2) rangsangan (inciting moment), dan 3) gawatan (rising action).
2. Bagian tengah, terdiri atas: 4) tikaian (conflict), 5) rumitan (complication), dan 6) klimaks.
3. Bagian akhir, terdiri atas: 7) leraian (falling action), dan 8- selesaian (denouement).
Dalam membangun alur, ada beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan agar alur menjadi dinamis. Faktor-faktor penting tersebut adalah:
1. Faktor kebolehjadian. Maksudnya, peristiwa-peristiwa cerita sebaiknya tidak selalu realistik tetapi masuk akal.
2. Faktor kejutan. Maksudnya, peristiwa-peristiwa sebaiknya tidak dapat secara langsung ditebak / dikenali oleh pembaca.
3. Faktor kebetulan. Yaitu peristiwa-peristiwa tidak diduga terjadi, secara kebetulan terjadi.
Kombinasi atau variasi ketiga faktor tersebutlah yang menyebabkan alur menjadi dinamis.
Adapun hal yang harus dihindari dalam alur adalah lanturan (digresi). Lanturan adalah peristiwa atau episode yang tidak berhubungan dengan inti cerita atau menyimpang dari pokok persoalan yang sedang dihadapi dalam cerita.
Cerita rakyat yang berjudul Putri Cermin Cina ini menggunakan alur maju karena disepanjang cerita dari awal hingga akhir berjalan secara urut dan teratur.
Dan juga menggunakan alur tertutup karena akhir cerita telah diketahui bahwa Putri Cermin Cina meninggal dunia kemudian Tuan Muda Senaning juga ikut bunuh diri karena tidak bisa hidup tanpa Putri Cermin Cina, Tuan Muda Selat pergi meninggalkan kampungnya, dan Sutan Mambang Matahari juga pergi meninggalkan kampungnya karena merasa sedih atas kematian Putrinya dan atas semua yang telah terjadi.
3. SETTING ATAU LATAR.
Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, suasana, dan situasi terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok:
a) Latar tempat, mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
b) Latar waktu, berhubungan dengan masalah ‘kapan’ terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
c) Latar sosial, mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial bisa mencakup kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, serta status sosial.
Setting/latar cerita yang terdapat dalam hikayat Putri Cermin Cina ini adalah:
1) setting waktu : “Di saat Tuan Muda Senaning tiba di kampung Putri Cermin Cina, saat jamuan makan, saat Tuan Muda Senaning melamar Putri Cermin Cina, saat bermain gasing”.
2) setting tempat : “Di negeri yang yang di pimpin Sutan Mambang Matahari, di halaman istana, di kapal pelayaran, di tepi sungai tempat makam Putri Cermin Cina, Kampung Selat, Dusun Senaning, Dusun Tengah Lubuk Ruso.
4. SUASANA.
Suasana yang ada di hikayat Putri Cermin Cina adalah : Suasana gembira dan bahagia saat lamaran Tuan Muda Senaning diterima oleh Sutan Mambang Matahari, saat Tuan Muda Senaning dan Tuan Muda Selat bermain gasing bersama,.
suasana sedih dan haru saat kematian Putri Cermin Cina dan Tuan Muda Senaning.
5. SUDUT PANDANG.
Sudut pandang adalah cara memandang dan menghadirkan tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu. Dalam hal ini, ada dua macam sudut pandang yang bisa dipakai:
a. Sudut pandang orang pertama (first person point of view)
Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang orang pertama, ‘aku’, narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si ‘aku’ tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa atau tindakan, yang diketahui, dilihat, didengar, dialami dan dirasakan, serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca. Jadi, pembaca hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas seperti yang dilihat dan dirasakan tokoh si ‘aku’ tersebut.
Sudut pandang orang pertama masih bisa dibedakan menjadi dua:
1. ‘Aku’ tokoh utama. Dalam sudut pandang teknik ini, si ‘aku’ mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniyah, dalam diri sendiri, maupun fisik, dan hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya. Si ‘aku’ menjadi fokus pusat kesadaran, pusat cerita. Segala sesuatu yang di luar diri si ‘aku’, peristiwa, tindakan, dan orang, diceritakan hanya jika berhubungan dengan dirinya, di samping memiliki kebebasan untuk memilih masalah-masalah yang akan diceritakan. Dalam cerita yang demikian, si ‘aku’ menjadi tokoh utama (first person central).
2. ‘Aku’ tokoh tambahan. Dalam sudut pandang ini, tokoh ‘aku’ muncul bukan sebagai tokoh utama, melainkan sebagai tokoh tambahan (first pesonal peripheral). Tokoh ‘aku’ hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian ”dibiarkan” untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang kemudian menjadi tokoh utama, sebab dialah yang lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa, tindakan, dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Setelah cerita tokoh utama habis, si ‘aku’ tambahan tampil kembali, dan dialah kini yang berkisah. Dengan demikian si ‘aku’ hanya tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap berlangsungnya cerita yang ditokohi oleh orang lain. Si ‘aku’ pada umumnya tampil sebagai pengantar dan penutup cerita.
b. Sudut pandang orang ketiga (third person point of view)
Dalam cerita yang menpergunakan sudut pandang orang ketiga, ‘dia’, narator adalah seorang yang berada di luar cerita, yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya: ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama, kerap atau terus menerus disebut, dan sebagai variasi dipergunakan kata ganti.
Sudut pandang ‘dia’ dapat dibedakan ke dalam dua golongan berdasarkan tingkat kebebasan dan keterikatan pengarang terhadap bahan ceritanya:
1. ‘Dia’ mahatahu. Dalam sudut pandang ini, narator dapat menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut tokoh ‘dia’ tersebut. Narator mengetahui segalanya, ia bersifat mahatahu (omniscient). Ia mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. Ia bebas bergerak dan menceritakan apa saja dalam lingkup waktu dan tempat cerita, berpindah-pindah dari tokoh ‘dia’ yang satu ke ‘dia’ yang lain, menceritakan atau sebaliknya ”menyembunyikan” ucapan dan tindakan tokoh, bahkan juga yang hanya berupa pikiran, perasaan, pandangan, dan motivasi tokoh secara jelas, seperti halnya ucapan dan tindakan nyata.
2. ‘Dia’ terbatas (‘dia’ sebagai pengamat). Dalam sudut pandang ini, pengarang mempergunakan orang ketiga sebagai pencerita yang terbatas hak berceritanya, terbatas pengetahuannya (hanya menceritakan apa yang dilihatnya saja).
Sudut pandang yang digunakan di hikayat Putri Cermin Cina adalah ketiga, karena di dalam cerita menggunakan kata ganti “ia atau dia” dan juga dengan menyebutkan nama tokohnya.
6. BAHASA ATAU MAJAS.
Gaya bahasa adalah teknik pengolahan bahasa oleh pengarang dalam upaya menghasilkan karya sastra yang hidup dan indah. Pengolahan bahasa harus didukung oleh diksi (pemilihan kata) yang tepat. Namun, diksi bukanlah satu-satunya hal yang membentuk gaya bahasa.
Gaya bahasa merupakan cara pengungkapan yang khas bagi setiap pengarang. Gaya seorang pengarang tidak akan sama apabila dibandingkan dengan gaya pengarang lainnya, karena pengarang tertentu selalu menyajikan hal-hal yang berhubungan erat dengan selera pribadinya dan kepekaannya terhadap segala sesuatu yang ada di sekitamya.
Gaya bahasa dapat menciptakan suasana yang berbeda-beda: berterus terang, satiris, simpatik, menjengkelkan, emosional, dan sebagainya. Bahasa dapat menciptakan suasana yang tepat bagi adegan seram, adegan cinta, adegan peperangan dan lain-lain.
Majas yang ada di hikayat Putri Cermin Cina adalah:
a. Majas metafora, yaitu dalam kata-kata “ jatuh hati, menaruh hati, dan gelap mata”.
b. Majas personifikasi “Majas yang melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat-sifat kepada benda seakan-akan benda mati seperti hidup) dalam kata “ takdir berkata lain”.
7. AMANAT.
Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Sebagaimana tema, amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu dengan cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku atau peristiwa yang terjadi pada tokoh menjelang cerita berakhir, dan dapat pula disampaikan secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran, atau larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita.
Amanat yang terkandung dalam hikayat Putri Cermin Cina ini adalah:
1) Apabila melakukan sesuatu jangan ceroboh karena sedikit kecerobohan akan dapat menimbulkan akibat yang fatal.
2) Saat mendapat musibah harus di terima dengan ikhlas karena itu kehendak Yang Kuasa.
3) Jangan menghadapi sesuatu dengan gelap mata, semua harus dipikiran dengan matang dan pikiran yang tenang.
4) Juga jangan melepas tanggung jawab yang telah di bebankan pada kita.
Ini tugas gue waktu kelas X-II, udah berulang kali ini gue ngulang” :D. dan buat kalian semoga bermanfaat ya..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar